27 Sumur Dibor di Aceh Tamiang untuk Menjamin Ketersediaan Air Bersih

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:07:29 WIB
27 Sumur Dibor di Aceh Tamiang untuk Menjamin Ketersediaan Air Bersih

JAKARTA - Upaya pemulihan pascabencana banjir dan longsor di Aceh terus dilakukan secara menyeluruh, salah satunya dengan memastikan ketersediaan air bersih bagi masyarakat terdampak.

Dalam fase transisi dari darurat menuju pemulihan, pemenuhan kebutuhan dasar menjadi perhatian utama pemerintah agar aktivitas warga dapat kembali berjalan secara normal dan layak.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama berbagai unsur lintas sektor mengambil langkah strategis dengan melakukan pengeboran sumur air bersih di wilayah terdampak. Langkah ini dinilai penting mengingat jaringan air bersih milik pemerintah daerah masih dalam tahap pemulihan dan belum sepenuhnya dapat melayani kebutuhan masyarakat.

Pengeboran sumur untuk kebutuhan mendesak warga

BNPB bekerja sama dengan TNI, Polri, relawan, dan organisasi kemasyarakatan telah mengebor puluhan sumur di Kabupaten Aceh Tamiang. Pengeboran ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi warga yang terdampak banjir dan longsor, baik yang masih berada di pengungsian maupun yang mulai kembali ke lingkungan tempat tinggalnya.

"Di Aceh Tamiang ada 27 titik sumur yang telah dibor guna menjamin kebutuhan air bersih masyarakat sambil menunggu pemulihan jaringan PDAM," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.

Menurut Abdul, penyediaan air bersih menjadi salah satu kebutuhan paling mendesak dalam situasi pascabencana. Tanpa pasokan air bersih yang memadai, risiko gangguan kesehatan dan penurunan kualitas hidup masyarakat akan semakin besar.

Prioritas fase transisi menuju pemulihan

Abdul menegaskan bahwa ketersediaan air bersih merupakan prioritas utama dalam fase transisi darurat menuju pemulihan. Oleh karena itu, BNPB tidak hanya fokus pada Aceh Tamiang, tetapi juga melakukan langkah serupa di wilayah terdampak lainnya.

Selain di Aceh Tamiang, pengeboran sumur juga dilakukan di sejumlah daerah terdampak di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Langkah tersebut difokuskan pada lokasi hunian sementara serta titik-titik permukiman yang jaringan air bersihnya belum dapat dipulihkan.

"Tidak hanya di Sumatera Barat, Aceh, dan Sumatera Utara, kita juga membangun beberapa titik sumur bor yang nantinya bisa menjamin kebutuhan masyarakat, tidak hanya di lokasi hunian sementara dan hunian tetap, tetapi juga di titik-titik yang saat ini jaringan PDAM belum bisa dipulihkan," paparnya.

Dukungan lintas sektor di lapangan

Pengeboran sumur bor dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur, mulai dari personel TNI dan Polri, relawan kebencanaan, hingga organisasi masyarakat. Sinergi lintas sektor ini dinilai sangat penting agar proses penyediaan air bersih dapat dilakukan secara cepat dan tepat sasaran.

Di lapangan, tim gabungan bekerja menyesuaikan titik pengeboran dengan kondisi geografis serta kebutuhan masyarakat setempat. Lokasi-lokasi yang memiliki jumlah pengungsi besar dan tingkat kerusakan infrastruktur tinggi menjadi prioritas utama.

Langkah ini juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap distribusi air bersih menggunakan tangki, sehingga pemenuhan kebutuhan air dapat berlangsung lebih berkelanjutan selama masa pemulihan.

Ratusan ribu warga masih mengungsi

BNPB mencatat bahwa hingga saat ini masih terdapat ratusan ribu warga yang terdampak langsung oleh bencana banjir dan longsor di tiga provinsi. Sebagian besar dari mereka masih berada di lokasi pengungsian atau hunian sementara yang membutuhkan dukungan logistik secara berkelanjutan.

Berdasarkan data BNPB, sebanyak 498.447 jiwa masih mengungsi akibat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah dan seluruh unsur terkait terus berupaya memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, mulai dari makanan, kebutuhan non-pangan, hingga layanan kesehatan.

Upaya penyediaan air bersih melalui pengeboran sumur menjadi bagian penting dari dukungan tersebut, karena air bersih berperan vital dalam menjaga kesehatan dan sanitasi masyarakat.

Distribusi bantuan logistik terus berjalan

Selain fokus pada penyediaan air bersih, pemerintah juga terus menyalurkan bantuan logistik dalam jumlah besar ke wilayah terdampak. Setiap hari, bantuan dikirimkan dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, menuju Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Setiap hari, ada 100 ton bantuan logistik yang diberangkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terdampak. Hingga 22 Desember 2025, total bantuan yang telah disalurkan tercatat mencapai 1.266 ton.

Bantuan tersebut mencakup kebutuhan pangan, perlengkapan pengungsian, serta berbagai kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan selama masa pemulihan.

Pembersihan wilayah terdampak terus dioptimalkan

Selain pemenuhan kebutuhan dasar, BNPB juga terus mengintensifkan pembersihan wilayah terdampak bencana, termasuk di Kabupaten Aceh Tamiang. Proses pembersihan dilakukan dengan mengerahkan personel dan alat berat secara maksimal agar aktivitas masyarakat dapat segera kembali berjalan.

Abdul menyampaikan bahwa pembersihan lumpur dan material sisa banjir menjadi fokus utama dalam tahap ini. Jalan, fasilitas umum, serta permukiman warga menjadi sasaran utama agar roda perekonomian dapat kembali bergerak.

"Di beberapa titik, personel TNI dan Polri bekerja hingga 18–20 jam per hari untuk mempercepat pemulihan dan menghidupkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat," tuturnya.

Harapan pemulihan berkelanjutan

Melalui pengeboran sumur air bersih, distribusi logistik, dan pembersihan wilayah terdampak, BNPB berharap proses pemulihan pascabencana dapat berjalan lebih cepat dan terarah. Ketersediaan air bersih diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan jangka pendek, tetapi juga menjadi solusi sementara hingga jaringan PDAM kembali berfungsi secara normal.

Pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat terdampak hingga kondisi benar-benar pulih dan kehidupan warga kembali berjalan secara layak dan berkelanjutan.

Terkini